Juli 01, 2010

The Trurh About McDonald

Bla bla bla, saya menemukan sebuah link di fb. Pas dibuka, ada video yang berjudul "Do you love eating McDonalds?. Coba buka http://www.youtube.com/watch?v=C0sXTN_J1tE&feature=related

Berhubung video itu berbahasa Inggris dan saya tidak terlalu jago bahasa Inggris, jadi kurang lebih di video itu ada cowok yang ingin ngasih tau bagaimana sih makanan-makanan McDonalds itu selama di perut kita. Dia masukin beberapa makanan McDonald kaya Chicken McGrill, Big MAc, french fries, dll ke dalam toples kaca gitu. Daaaan divideoin tuh bagaimana keadaan makanan di dalam toples itu beberapa minggu ke depan, ueeeekk .. jijay dah liatnya. Dan beberapa Americans ngasih comment mereka ga bakal makan McDonald lagi. Tuh kan mending makan warteg, murah dan menyehatkan. Haha

Read More......

Ma chère famille

Hari kesekian liburan dan saya yang tidak ada kerjaan sedang membuka-buka file kuliah, berharap menemukan uang nyelip (ngarep!) dan ....... JENG JENG!! ada foto tua :


Di foto itu ada saya, ibu, bapak, mas andi, mbah, tante, mas fani (misah si fotonya mas fani). Foto itu diambil di rumah yang lama, di samping rumah bude di cilandak. Yang lucu poster 'Catatan Si Boy'nya itu lhoo! HAHAHA. Ibu agak lebih muda di foto itu, Ibu lagi menatap saya lhoo :). Bapak juga, sok-sokan ga liat kamera ni. Saya di foto itu tidak bergaya melet, belum sadar kamera si ..haha. Saya di gendong mbah :). Kangen mbah deehh, kangen bikin kue, kangen marahan, kangen diledekin T.T. Dan dibelakang saya ada si tante mira. Mamanya putri yang baik hati dan agak oneng kadang-kadang, hihi. Ngomong-ngomong ngapain itu dia ikut-ikutan foto? Haha. Dan di bawah, abang pertama saya, Mas Andi. Inget banget dulu pas masih kecil waktu main, ma andi yang jagain sambil bawa-bawa susu nyuruh saya minum susu :D. Saya juga inget banget dulu saya nyogok Mas Andi dan Mas Fani pas bolos ngaji. Eeeehhh tetep ketauan ma ibu, rugi dah gw. Terakhir, ada Mas Fani ni. Saya tidak terlalu dekat dengannya dia cengeng katanya waktu kecil, tapi ganteng si. Abang-abang saya mah ganteng-ganteng dan baik hati semua, hahahaha. Saya kangen masa-masa kecil :D. Sayang mereka semua!
Ya ampuunn nulis begini aja nangis.. untung ga ada orang :)

Read More......

Juni 21, 2010

Tetsuko Kuroyanagi a.k.a Totto-Chan


Pasti pada tau Totto-chan (Anak Geo '08 pasti inget, haha), saya akan membahas sedikit tentang si Totto-chan itu ..


Tetsuko Kuroyanagi lahir di Nogisaka, Tokyo pada tanggal 9 Agustus 1933. Totto-chan adalah nama panggilan Tetsuko Kuroyanagi saat masih anak-anak. Totto-chan muda bersekolah di SD Tomoe Gakuen (baca bukunya, bagus banget. Setelah itu, ia belajar di Tokyo College of Music, jurusan opera, karena ia bermaksud untuk menjadi seorang penyanyi opera. Setelah lulus dari Universitas Tokyo Ongaku pada tahun 1979, dia tertarik untuk bertindak dalam industri televisi hiburan, sehingga dia bergabung di Tokyo Hōsō Gekidan dan pelatihan di Mary Tarcai Studio di New York. Selanjutnya, ia menjadi aktris Jepang pertama yang dikontrak ke Jepang Broadcasting Corporation (NHK). Selain berprofesi sebagai seorang aktris Jepang internasional yang terkenal, ia juga seorang pembawa acara talk show, seorang penulis buku anak terlaris , World Wide Fund untuk penasihat Alam, dan Goodwill Ambassador untuk UNICEF. Dia terkenal dengan karya amal, dan dianggap sebagai salah satu selebriti Jepang pertama yang mencapai pengakuan internasional. Pada tahun 2006, Donald Richie dimaksud Kuroyanagi dalam bukunya Potret Jepang: Foto-foto Orang yang berbeda-beda sebagai "yang paling populer dan dikagumi wanita di Jepang" .

Kuroyanagi pertama kali menjadi terkenal pada tahun 1975 ketika ia mendirikan program televisi sore "Tetsuko's Room" (Tetsuko no heya), yang merupakan talk show pertama di televisi Jepang. Pertunjukkan itu disiarkan oleh saluran televisi swasta Asahi Televisi, dan fitur diskusi Kuroyanagi dengan selebriti dari berbagai bidang, termasuk televisi, olahraga dan politik. Tetsuko’s Room yang sangat sukses, dan Kuroyanagi mulai disebut sebagai “fenomena" di Jepang, dalam kontradiksi dengan citra "budak dan" sebagai seorang istri” perempuan pada televisi Jepang. Data statistik menunjukkan bahwa, pada awal 1990-an, Kuroyanagi telah mewawancarai lebih dari dua ribu tamu Jepang dan asing. Hal ini mengakui bahwa hangat sebagai pewawancara dan seni ketrampilan berbicara merupakan faktor yang membuat program TV hidup lama. Dia juga akrab dengan para penonton Jepang dengan penampilan biasa-nya di acara televisi kuis "Misteri Dunia".
1981 menandai sebuah titik balik dalam karirnya, sebagai anak-anak Kuroyanagi menerbitkan bukunya Totto-chan, Gadis Cilik di Jendela, di mana Kuroyanagi menulis tentang nilai-nilai pendidikan konvensional yang ia terima di sekolah Tomoe Gakuen dasar selama Perang Dunia II, dan gurunya Sosaku Kobayashi. Buku ini dianggap memoar masa kecilnya, dan setelah rilis, menjadi buku laris dalam sejarah Jepang. Buku ini pertama kali diterjemahkan ke Bahasa Inggris tahun 1984 oleh Dorothy Britton, dan diterbitkan di lebih dari 30 negara.

Kuroyanagi dikenal secara internasional saat dia meningkatkan amal dan dana bekerja. Ia mendirikan Yayasan Totto, dinamai eponymous dan otobiografi-nya pendukung buku Totto-chan, Gadis Cilik di Jendela. Yayasan kereta aktor profesional tuli, menerapkan visi Kuroyanagi yang membawa teater untuk orang tuli.
Pada tahun 1984, sebagai pengakuan atas karya amal nya, Kuroyanagi diangkat menjadi Goodwill Ambassador untuk UNICEF, menjadi orang pertama dari Asia untuk memegang posisi ini. Selama akhir 1980-an dan 1990-an, ia mengunjungi negara-negara berkembang di Asia dan Afrika untuk karya amal dan misi Goodwill, membantu anak-anak yang menderita dari bencana dan perang serta meningkatkan kesadaran internasional situasi anak-anak di negara-negara miskin. Kunjungannya ke Angola pada tahun 1989 adalah pertama dicatat VIP kunjungan dari Jepang ke negara ini, dan ditandai menjadi tonggak sejarah hubungan diplomatik antara Jepang dan Angola . Kuroyanagi telah meningkatkan lebih dari $ 20 juta untuk program UNICEF bahwa dia telah terlibat dalam kampanye melalui televisi dana.Dia juga menggunakan royalti dari bukunya laris, Totto-chan, untuk memberikan kontribusi kepada UNICEF. Kuroyanagi juga berpartisipasi dalam UNICEF internasional ‘Katakanlah Ya untuk kampanye Anak-anak’, selebriti lainnya.
Pada tahun 1997, Kuroyanagi menerbitkan buku “Totto-chan Anak”, yang didasarkan pada pengalamannya bekerja sebagai UNICEF Goodwill Ambassador 1984-1996. Kuroyanagi adalah direktur cabang Jepang dari Wildlife World Dana.
Kuroyanagi telah dua kali membawa Theater Tunarungu Nasional Amerika ke Jepang, bertindak dengan mereka dalam bahasa isyarat.

Untuk keterlibatannya di media dan hiburan televisi, Kuroyanagi memenangkan Budaya Jepang Broadcasting Award, yang merupakan kehormatan tertinggi televisi di Jepang. Sejak itu, dia telah terpilih 14 kali sebagai pembawa acara televisi favorit di Jepang, untuk pertunjukan Tetsuko’s Room.
Pada tahun 2000, Kuroyanagi menjadi penerima pertama dari Global Leadership Award untuk Anak-anak, yang didirikan oleh UNICEF di ulang tahun ke-10 tahun 1990 World Summit for Children. Pada bulan Mei 2003, Kuroyanagi diterima Order of the Sacred Treasure dalam pengakuannya dua dekade pelayanan untuk anak-anak di dunia.

Read More......

Mei 25, 2010

The Boy in the Striped Pyjamas


Pembantaian orang-orang Yahudi oleh Hitler dalam kurun waktu 1942-1945 adalah persitiwa genosida terbesar dalam sejarah umat manusia. Peristiwa ini menjadi lembaran hitam, bukan saja bagi warga Yahudi di Eropa melainkan bagi seluruh umat manusia di bumi ini. Kamp Auschwitz yang terletak di bagian selatan Polandia adalah tempat dimana jutaan orang yahudi pernah diisolir, dijadikan esperimen biologis untuk kepentingan perang dan mati dalam kamar gas, kini masih tetap berdiri dan dijadikan museum sebagai saksi bisu atas peristiwa yang paling memilukan itu. Rudolf Hanz, komandan Kamp pernah bersaksi bahwa lebih dari 2,5 juta orang yahudi mati di Auschwitz.
The Boy in the Stripped Pyjamas adalah salah satu film yang mengambil setting waktu dimana orang-orang yahudi ditangkapi dan diisolir..

dalam kamp khusus di Austwitz. Ceritanya tentang seorang anak berusia delapan tahun yang bernama Bruno. Bruno tinggal di Berlin bersama keluarganya, Gretel adalah kakak wanitanya yang berusia 12 tahun. Ibunya seorang wanta rumah tangga biasa, sedangkan ayahnya seorang komandan Nazi yang dekat dengan Hitler.
Suatu ketika ayah Bruno dipindahtugaskan untuk menjadi komandan di kamp Austwitz. Sesampai di Auschwitz, Bruno merasakan suasana yang kontras dengan tempat tinggalnya di Berlin, ia merasa kesepian dan karena tak memiliki teman. Ketika baru saja tiba di Out-With, lewat jendela kamarnya ia melihat sesuatu yang berbeda yang membuatnya merinding dan merasa tidak nyaman, awalnya ia mengira itu adalah sebuah pertanian.
Bruno malah disuruh membiasakan diri untuk tinggal di rumahnya yang baru. Karena kesepian akhirnya Bruno melakukan petualangan menyusuri hutan di dekat belakang rumahnya sampai ia menemukan pagar besi di seberang sungai kecil. Dan dibalik pagar ia menemukan seorang anak lelaki yang sepantaran dengannya dan mengenakan piyama kelabu bergaris-garis. Anak lelaki itu bernama Shmuel, usianya 8 tahun, sama dengan Bruno. Bruno dan Shmuel akhirnya bersahabat. Setiap hari tanpa diketahui kedua orang tuanya Bruno bertemu dengan Smhuel dibalik pagar. Tak lupa Bruno membawakan sedikit makanan untuknya dan mengobrol banyak hal dengannya. Sayangnya ketika persahabatan semakin erat, Bruno harus kembali ke Berlin. Namun sebelum ia meniggalkan Out-With, dalam benaknya telah tersimpan rencana besar untuk melakukan mencari ayah Shmuel di balik pagar besi itu. Dan apa yang terjadi selanjutnya kayaknya lebih baik lw nonton sendiri. Bukan film baru si, tapi bagus deh buat di tonton. Not A Happy Ending Movie.


Read More......

Mei 15, 2010

Hachiko



Hachikō (10 November 1923=8 Maret 1935) adalah seekor anjing jantan jenis Akita Inu kelahiran Odate, Prefektur Akita. Ia terus dikenang sebagai lambang kesetiaan anjing terhadap majikan. Setelah majikannya meninggal, Hachikō terus menunggu majikannya yang tidak kunjung pulang di Stasiun Shibuya, Tokyo. Julukan baginya adalah Hachikō Anjing yang Setia. Patung Hachikō di depan Stasiun Shibuya telah menjadi salah satu marka tanah di Shibuya. Sewaktu membuat janji untuk bertemu di Shibuya, orang sering berjanji untuk bertemu di depan patung Hachikō.
Kisah hidup
Lahir 10 November 1923 dari induk bernama Goma-go dan anjing jantan bernama Ōshinai-go, namanya sewaktu kecil adalah Hachi. Pemiliknya adalah keluarga Giichi Saitō dari kota Ōdate, Prefektur Akita. Lewat seorang perantara, Hachi dipungut oleh keluarga Ueno yang ingin memelihara anjing jenis Akita Inu. Ia dimasukkan ke dalam anyaman jerami tempat beras sebelum diangkut dengan kereta api yang berangkat dari Stasiun Ōdate, 14 Januari 1924. Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 jam, Hachi sampai di Stasiun Ueno, Tokyo.
Hachi menjadi anjing peliharaan Profesor Hidesaburo Ueno yang mengajar ilmu pertanian di Universitas Kekaisaran Tokyo. Profesor Ueno waktu itu berusia 53 tahun, sedangkan istrinya, Yae berusia 39 tahun. Profesor Ueno adalah pecinta anjing. Sebelum memelihara Hachi, Profesor Ueno pernah beberapa kali memelihara anjing Akita Inu, namun semuanya tidak berumur panjang. Di rumah keluarga Ueno yang berdekatan dengan Stasiun Shibuya, Hachi dipelihara bersama dua ekor anjing lain, S dan John. Sekarang, lokasi bekas rumah keluarga Ueno diperkirakan di dekat gedung Tokyo Departement Store sekarang.
Ketika Profesor Ueno berangkat bekerja, Hachi selalu mengantar kepergian majikannya di pintu rumah atau dari depan pintu gerbang. Di pagi hari, bersama S dan John, Hachi kadang-kadang mengantar majikannya hingga ke Stasiun Shibuya. Di petang hari, Hachi kembali datang ke stasiun untuk menjemput.
Pada 21 Mei 1925, seusai mengikuti rapat di kampus, Profesor Ueno mendadak meninggal dunia. Hachi terus menunggui majikannya yang tak kunjung pulang, dan tidak mau makan selama 3 hari. Menjelang hari pemakaman Profesor Ueno, upacara tsuya (jaga malam untuk orang meninggal) dilangsungkan pada malam hari 25 Mei 1925. Hachi masih tidak mengerti Profesor Ueno sudah meninggal. Ditemani John dan S, ia pergi juga ke stasiun untuk menjemput majikannya.
Nasib malang ikut menimpa Hachi karena Yae harus meninggalkan rumah almarhum Profesor Ueno. Yae ternyata tidak pernah dinikahi secara resmi. Hachi dan John dititipkan kepada salah seorang kerabat Yae yang memiliki toko kimono di kawasan Nihonbashi. Namun cara Hachi meloncat-loncat menyambut kedatangan pembeli ternyata tidak disukai. Ia kembali dititipkan di rumah seorang kerabat Yae di Asakusa. Kali ini, kehadiran Hachi menimbulkan pertengkaran antara pemiliknya dan tetangga di Asakusa. Akibatnya, Hachi dititipkan ke rumah putri angkat Profesor Ueno di Setayaga. Namun Hachi suka bermain di ladang dan merusak tanaman sayur-sayuran.
Pada musim gugur 1927, Hachi dititipkan di rumah Kikusaburo Kobayashi yang menjadi tukang kebun bagi keluarga Ueno. Rumah keluarga Kobayashi terletak di kawasan Tomigaya yang berdekatan dengan Stasiun Shibuya. Setiap harinya, sekitar jam-jam kepulangan Profesor Ueno, Hachi terlihat menunggu kepulangan majikan di Stasiun Shibuya.
Pada tahun 1932, kisah Hachi menunggu majikan di stasiun mengundang perhatian Hirokichi Saitō dari Asosiasi Pelestarian Anjing Jepang. Prihatin atas perlakuan kasar yang sering dialami Hachi di stasiun, Saitō menulis kisah sedih tentang Hachi. Artikel tersebut dikirimkannya ke harian Tokyo Asahi Shimbun, dan dimuat dengan judul Itoshiya rōken monogatari ("Kisah Anjing Tua yang Tercinta"). Publik Jepang akhirnya mengetahui tentang kesetiaan Hachi yang terus menunggu kepulangan majikan. Setelah Hachi menjadi terkenal, pegawai stasiun, pedagang, dan orang-orang di sekitar Stasiun Shibuya mulai menyayanginya. Sejak itu pula, akhiran kō (sayang) ditambahkan di belakang nama Hachi, dan orang memanggilnya Hachikō.
Sekitar tahun 1933, kenalan Saitō, seorang pematung bernama Teru Andō tersentuh dengan kisah Hachikō. Andō ingin membuat patung Hachikō. Setiap hari, Hachikō dibawa berkunjung ke studio milik Andō untuk berpose sebagai model. Andō berusaha mendahului laki-laki berumur yang mengaku sebagai orang yang dititipi Hachikō. Orang tersebut menjual kartu pos bergambar Hachikō untuk keuntungan pribadi. Pada bulan Januari 1934 Andō selesai menulis proposal untuk mendirikan patung Hachikō, dan proyek pengumpulan dana dimulai. Acara pengumpulan dana diadakan di Gedung Pemuda Jepang (Nihon Seinenkan), 10 Maret 1934. Sekitar tiga ribu penonton hadir untuk melihat Hachikō.
Patung perunggu Hachikō akhirnya selesai dan diletakkan di depan Stasiun Shibuya. Upacara peresmian diadakan pada bulan April 1934, dan disaksikan sendiri oleh Hachikō bersama sekitar 300 hadirin. Andō juga membuat patung lain Hachikō yang sedang bertiarap. Setelah selesai pada 10 Mei 1934, patung tersebut dihadiahkannya kepada Kaisar Hirohito dan Permaisuri Kojun.
Selepas pukul 06.00 pagi, tanggal 8 Maret 1935, Hachikō, 13 tahun, ditemukan sudah tidak bernyawa di jalan dekat Jembatan Inari, Sungai Shibuya. Tempat tersebut berada di sisi lain Stasiun Shibuya. Hachikō biasanya tidak pernah pergi ke sana. Berdasarkan otopsi diketahui penyebab kematiannya adalah filariasis.
Upacara perpisahan dengan Hachikō dihadiri orang banyak di Stasiun Shibuya, termasuk janda almarhum Profesor Ueno, pasangan suami istri tukang kebun Kobayashi, dan penduduk setempat. Biksu dari Myōyū-ji diundang untuk membacakan sutra. Upacara pemakaman Hachikō berlangsung seperti layaknya upacara pemakaman manusia. Hachikō dimakamkan di samping makam Profesor Ueno di Pemakaman Aoyama. Bagian luar tubuh Hachikō diopset, dan hingga kini dipamerkan di Museum Nasional Ilmu Pengetahuan, Ueno, Tokyo.
Pada 8 Juli 1935, patung Hachikō didirikan di kota kelahiran Hachikō di Ōdate. tepatnya di depan Stasiun Odate. Patung tersebut dibuat serupa dengan patung Hachikō di Shibuya. Dua tahun berikutnya (1937), kisah Hachikō dimasukkan ke dalam buku pendidikan moral untuk murid kelas 2 sekolah rakyat di Jepang. Judulnya adalah On o wasureruna (Balas Budi Jangan Dilupakan).
Pada tahun 1944, di tengah berkecamuknya Perang Dunia II, patung perunggu Hachikō ikut dilebur untuk keperluan perang. Patung pengganti yang sekarang berada di Shibuya adalah patung yang selesai dibuat bulan Agustus 1948. Patung tersebut merupakan karya pematung Takeshi Andō, anak laki-laki Teru Andō.
Pintu keluar Stasiun JR Shibuya yang berdekatan dengan patung Hachikō disebut Pintu Keluar Hachikō. Sewaktu didirikan kembali tahun 1948, patung Hachikō diletakkan di bagian tengah halaman stasiun menghadap ke utara. Namun setelah dilakukan proyek perluasan halaman stasiun pada bulan Mei 1989, patung Hachikō dipindah ke tempatnya yang sekarang dan menghadap ke timur.
Film Hachiko Monogatari karya sutradara Seijiro Koyama mulai diputar di Jepang, Oktober 1987. Pada bulan berikutnya diresmikan patung Hachikō di kota kelahirannya, Ōdate. Monumen peringatan ulang tahun Hachikō ke-80 didirikan 12 Oktober 2003 di lokasi rumah kelahiran Hachikō di Ōdate. Sebuah drama spesial tentang Hachikō ditayangkan jaringan televisi Nippon Television pada tahun 2006. Drama sepanjang dua jam tersebut diberi judul Densetsu no Akitaken Hachi (Legenda Hachi si Anjing Akita). Pada tahun 2009 film Hachiko: A Dog's Story karya sutradara Lasse Hallstorm mulai diputar dan dibintangi oleh Richard Gere dan Joan Allen.

Read More......